Sering kali kita mendengar pernyataan bahwa orang yang
pintar adalah orang yang selalu mendapatkan rangking satu dan nilai akademik
tertinggi di kelasnya.
Seorang ahli berpendapat bahwa, kecerdasan
mencerminkan kemampuan umum seseorang untuk menerima sebuah informasi yang
berisi pembelajaran, pemahaman, penalaran, dan pemecahan masalah. Dalam hal ini, tidak jarang orang
tua memaksakan kehendak mereka agar anaknya terus belajar hingga menjadi juara
kelas dan meraih cita – cita sesuai dengan keinginan mereka. Tapi pada
kenyataannya, tidak semua anak bisa melakukan hal tersebut.
Tidak lama ini, pasca kasus seorang siswi SMP di Bantul yang
ditemukan tewas karena diduga depresi dimarahi orang tuanya lantaran nilai
UNnya sangat jelek, seorang kepala sekolah SD di Bantul mengirimkan surat
kepada seluruh orangtua siswa di sekolahnya.
Berikut isi surat tersebut:
Kepada
Para orangtua,
Ujian anak Anda telah selesai. Saya tahu
Anda cemas dan berharap anak Anda berhasil dalam ujiannya. Tapi, mohon diingat,
di tengah – tengah para pelajar yang menjalani ujian itu, ada calon seniman
yang tidak perlu mengerti matematika. Ada calon pengusaha, yang tidak butuh
pelajaran Sastra dan Sejarah. Ada calon musisi, yang nilai Kimia nya tidak akan
berarti. Ada calon olahragawan, yang lebih mementingkan fisik daripada
pelajaran Fisika. Ada calon fotografer yang lebih berkarakter dengan sudut
pandang art berbeda yang tentunya ilmunya bukan dari sekolah ini.
Sekiranya anak Anda lulus menjadi yang
teratas, hebat! Tapi bila tidak, mohon jangan rampas rasa percaya diri dan
harga diri mereka. Katakan saja: “Tidak apa – apa, itu hanya sekedar ujian.”
Anak – anak itu diciptakan untuk sesuatu yang lebih besar lagi dalam hidup ini.
Katakan pada mereka, tidak penting berapapun nilai ujian mereka, Anda mencintai
mereka dan tidak akan menghakimi mereka. Lakukanlah ini, dan di saat itu
lihatlah anak Anda menaklukan dunia. Sebuah ujian atau nilai rendah tidak akan
mencabut impian dan bakat mereka. Dan mohon, berhentilah berpikir bahwa hanya
dokter dan insinyur yang bahagia di dunia ini.
Hormat
Saya,
Kepala
Sekolah
Surat itu kurang lebih
berpesan kepada para orang tua agar lebih bijak dalam menyikapi pencapaian anak
– anak mereka dan para orang tua juga diharapkan tidak mudah menghakimi seorang
anak. Pada hakikatnya, nilai tidaklah lebih dari sebuah angka. Ada yang lebih
penting daripada itu. Orang tua berkewajiban untuk mengenali dan menggali
potensi yang dimiliki oleh anak – anak mereka serta mendampingi mereka dalam
mewujudkannya. Setiap anak terlahir unik dan berbeda. Jangan terlalu
mempermasalahkan nilai yang didapatkannya di sekolah, dan hargailah setiap
proses yang telah mereka lakukan dalam belajar.
Setiap anak memiliki kecerdasan, minat, dan bakat yang
berbeda – beda. Oleh karena itu, orangtua harus bisa memperlakukan anak mereka
sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki oleh sang anak. Kita tidak bisa menuntut
seseorang untuk menjadi ahli di setiap bidang. Akan ada orang yang selalu
mendapatkan nilai jelek di kelas, padahal sebenarnya ia adalah orang yang
sangat terampil dalam berolahraga dan pelajaran kesenian. Sungguh tidak adil
apabila kita menyatakan bahwa orang ini tidak pintar. Kita harus menemukan apa
yang kita sukai di dalam hati, apa yang kita benar – benar sukai, apa yang
benar – benar kita inginkan, dan kemudian berkonsentrasi untuk melakukan hal
tersebut.
Masuk tentang cita – cita seseorang, pada dasarnya setiap
orang dapat menjadi apa saja. Cita – cita seseorang tidak harus selalu profesi
yang dibanggakan seperti dokter, insinyur, polisi dan cita – cita yang terkenal
lainnya. Setiap orang memiliki masa depan, bahkan sampai menjadi ahli
profesional di setiap bidangnya. Kesuksesan tidak ditentukan oleh seberapa terkenal
profesi yang dijalani oleh seseorang.
Sebenarnya
setiap orang memiliki definisinya sendiri tentang arti dari sebuah kesuksesan.
Namun, ada satu hal yang perlu di ingat. Hidup dan kesuksesan bukanlah sebuah
balapan untuk adu kecepatan, melainkan sebuah petualangan yang harus dinikmati
setiap langkah demi langkah. Manusia punya jalan suksesnya
masing – masing, maka jangan dipaksakan. Hidup sukses itu adalah ketika kita mengerjakan suatu hal
yang benar – benar kita suka. Ketika kita melakukan hal yang kita sukai, kita
tidak akan menganggap itu sebagai pekerjaan, karena kita menyukainya. Kesuksesan
juga tidak bisa dibentuk oleh orang tua. Kita pasti tau bahwa banyak sekali
anak – anak yang jelek nilai sekolahnya atau tidak baik di sekolah tapi
besarnya bisa menjadi orang yang sukses, sedangkan anak – anak yang sukses di
sekolah, tidak sedikit yang akhirnya hanya
bekerja menjadi pegawai biasa. Kenapa hal itu bisa terjadi? Kembali
lagi, karena kesuksesan itu bukanlah sebuah angka, melainkan sebuah perjuangan.
Hal terakhir yang penting untuk
diingat, bahwa kecerdasan juga sebenarnya bukan hanya tentang kapasitas otak
yang mumpuni dan wawasan yang luas akan suatu ilmu pengetahuan. Lebih dari itu,
kecerdasan juga berarti kemampuan kita untuk berbagi, berempati, memahami, dan
meringankan kondisi orang lain dengan apa yang kita miliki. Sesempurna apapun
ilmu yang kita miliki, itu tidak akan bisa berguna apabila hanya dinikmati oleh
diri kita sendiri atau segelintir orang saja. Ilmu akan percuma, kalau kita
enggan membaginya dengan orang lain. Kenapa kita harus merasa tersaingi apabila
dengan membagikan ilmu yang kita miliki, justru akan menambah makna kehidupan
yang sedang kita jalani? Kecerdasan bukan hanya soal mengembangkan diri
sendiri, tetapi juga melibatkan keberadaan orang lain agar nantinya bisa
berkembang bersama – sama di kemudian hari. Alih - alih kecerdasan otak, justru
kecerdasan hati ini lebih banyak dibutuhkan oleh orang – orang. Dunia tidak
butuh orang cerdas yang ilmunya hanya ia gunakan untuk dirinya sendiri, tetapi
dunia butuh mereka yang cerdas dalam hati, mereka yang tiada henti mencari ilmu
lalu membagikan ilmu tersebut agar bisa bermanfaat bagi orang lain
Komentar
Posting Komentar