RESUME BUKU "Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofi (A. Sony Keraf & Mikhael Dua)" BAB 3 SUMBER PENGETAHUAN: RASIONALISME DAN EMPIRISME
Di dalam sejarah filsafat ilmu terdapat dua pemikiran ,
yaitu Rasionalisme dan Empirisisme. Pemikiran Rasionalisme lebih dikenal
filsafat Kontinental karena tokoh-tokohnya berasal dari eropa daratan dan lebih
mengandalkan akal budi. Sebaliknya, Empirisme lebih dikenal sebgai filsafat
Inggris karena tokoh-tokohnya berasal dari Inggris dan lebih mengandalkan panca
indra kita.
Rasionalisme
Inti dari pandangan ini adalah hanya menggunakan prosedur
tertentu dari akal kita sendiri. Menurut kaum Rasionalis, sumber pengetahan
adalah satu-satunya sumber dari akal budi manusia. Tapi konsekuensinya, para kaum rasionalis
menolak anggapan bahwa pengetahuan
berasal dari panca indra kita. Untuk meninjau lebih jauh lagi tentang
rasionalisme ada baiknya kita tinjau dari dua tokoh yaitu Plato dan Rene
Descartes.
Plato
Plato adalah pemikir rasionalis pertama, menurut Plato
satu-satunya pengetahuan sejati adalah apa yang disebut sebagai episteme. Episteme adalah pengetahuan tunggal dan
tak berubah, sesuai dengan ide-ide abadi. Oleh karena itu , apa yang kita
tangkap melalui panca indra hanya merupakan tiruan cacat dari ide-ide tertentu
yang abadi.
Di dunia ini, hanya bayangan dari ide yang abadi, bayangan
yang bermacam-macam serta dapat berubah-ubah. Apabila manusia melihat bayangan
itu, ia akan teringat dengan ide abadi yang ada, maka kata lain, manusia
mengenal dan mengetahui bayangan dari ide abadi. Pengetahuan bagi Plato, adalah
hasil ingatan yang melekat pada manusia, pengetahuan adalah sebuah pengenalan
kembali akan hal yang sudah diketahui.
Rene
Descartes
Descartes adalah seoang filsuf yang telah meneruskan sifat
kaum skeptis, ia menganggap serius anjuran kaumskeptis yang meraguakn semua
keyakinan dan pengetahuan. Sasaran utama dari Descrates adalah bagaimana kita
bisa sampai pada pengetahuan. Bagi mereka, bisa menipu kita oleh karena itu
panca indra tidak diandalkan untuk memberi sebuah pengetahuan yang bisa
diandalkan. Dengan kata lain, Descartes menghendaki agara kita tetap meragukan
untuk sementara waktu apa saja yang tidak bisa dilihat dengan terang akal budi
sebagai yang pasti benar dan tidak diragukan lagi. Hal ini disebut sebagi
keraguan metodis, yang memiliki fungsi sebagai alat untuk menyingkirkan semua
prasangka, tebakan, dan juga dugaan yang menipu. Hanya dengan cara ini kita
bisa merasa yakin bahwa kita memiliki pengetahuan.
Salah satu unsur utama yang menipu dan menghalangi kita
untuk sampai pada pengetahuan sejati adalah pengalaman indrawi kita. Hal ini
membuat Descrates meragukan semua yang ditangkapnya melalui panca indra, bahkan
kenyataan dia sedang menulis buku-buku pun diragukan dan dianggap sebuah mimpi
belaka. Dengan keraguan inilah, Descrates mau mengatakan bahwa hanya kalau apa
yang ditangkap oleh panca indra itu bisa diterima sebagai pengetahuan. Descrates
sesungguhnya terkesan dengan hasil yang dicapai oleh matematika pada umumnya
dan ilmu ukur khususnya. Menurut dia, metode yang digunakan dalam ilmu ukur
yang mengandalkan dedukasi akal budi , bisa berhasil untuk sampai pada
kebenaran-kebenaran yang tak bisa diragukan. atas dasar inilah, Descrates
berpendapat bahwa untuk sampai pada pengetahuan yang pasti dan tak teragukan
mengenai apa saja, kita perlu mengandalkan akan budi sebagaimana halnya dalam
ilmu ukur.
Bagi seorang Descrates, keraguan metodis bukanlah tujuan
yang harus dicapai, keraguan ini hanya merupakan sarana untuk bisa menemukan
segala sesuatu yang bisa kita ketahui secara pasti. Dengan cara ini kita bisa
sampai pada kebenaran tertentu yang tidak bisa lagi diragukan dan akan memberi landasan yang
kokoh bagi pengetahuan kita. Decsrates sadar bahwa ia meragukan banyak hal,
kita mempraktekkan metode ini dia samapai pada satu kenyataan yang tidak bisa
diragukannya yaitu kenyataan bahwa ia ada.
Beberapa hal
penting
Dari uraian di atas kita mendapatkan beberapa kesimpulan
dari rasionalisme. Pertama, kaum rasionalis lebih mengandalkan geometri atau
ilmu ukur dan matematika yang memiliki aksioma-aksioma umum lepas dari
pengamatan atau pengalaman pancaindra kita. Kedua, konsekuensinya, kaum rasionalis
meremehkan peran pengalaman dan pengamatan pancaindra bagi pengetahuan. Bagi
mereka, pancaindra bisa menipu kita sebagaimana dalam contoh Descrates tentang
objek tata surya dan botol berisi air. Karena kaum rasionalis lebih
mengandalkan ilmu ukur dan matematika, mereka dengan sendirinya harus menerima
metode deduktif. Dengan cara ini, terjadi dalam proses pengetahuan manusia
adalah bahwa manusia mendeduksikan, menurunkan, pengetahuan-pengetahuan
partikular dariprinsip-prinsip umum. Jauh sebelum manusia menangkapdengan
pancaindranya objek apapun didunia ini, ia sudah mempunyai ide tertentu tentang
benda atau objek tersebut.
Atas dasar ini pula bagi kaum rasionalis, semua pengetahuan
adalah pengetahuan apriori yang terutama mengandalkan silogisme. Dikatakan
apriori yang terutama manusia sudah memiliki pengetahuan itu sebelum dan
mendahului pengalaman. Bagi kaum rasionalis, ada ide-ide bawaan yang telah ada
dalam benak manusia sejak lahir. data atau fakta tidak begitu penting bagi
munculnya pengetahuan, walaupun mungkin berguna.
Empirisisme
Empirisisme adalah sebuah paham filosifis yang mengatakan
bahwa sumber satu-satunya bagi pengetaahuan manusia adalah sebuah pengalaman.
Menurut kaum empiris pengetahuan yang paling benar adalah data atau fakt yang
ditangkap oleh panca indra kita. Atas dasar tersebut, bagi kaum empiris semua
pengetahuan manusia bersifat empiris. Untuk melihat lebih jauh lagi tentang
empirisme, ita lihat beberapa pokok dari pemikiran John Locke dan David Hume.
John Locke
Menurut Locke, semua konsep atau ide yang mengungkapkan
pengetahuan manusia, yang sesungguhnya berasal dari pengalaman manusia. Locke
menolak pedapat kaum rasionalis bahwa manusia telah dilahirkan dengan ide-ide
bawaan dengan sifat-sifat yang bersifat mutlak. Baginya manusia dilahirkan ke
dunia ini seperti sebuah kertas putih yang kosong, tanpa ada ide atau konsep
apapun.
David Hume
Sama seperti Locke, Hume, menganut paham empirisisme bahwa
semua pengetahuan itu berasal dari pengalaman indrawi kita. Ia juga menolak
pahan rasionalisme bahwa pengetahuan berasal dari akal budi manusia. Hanya saja
pendapat Hume dengan Locke berbeda, menurut Hume , pemahaman manusia dapat
dipengaruhi oleh sejumlah kepastian dasar tertentu. Mirip dengan Locke, Hume
membedakan dua proses mental dalam diri manusia. Yang pertama adalah kesan
(impresi), merupakn semua macam pencerapan pancaindra yang lebih hidup dan
langsung sifatnya. Yang kedua adalah pemikiran atau ide yang kurang hidup atau
kurang langsung sifatnya.
Beberapa hal
penting
Ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi yang menyangkut
tentang paham empirisisme. Pertama, kaum
empirisisme mengaki bahwwa persepsi atau proses pengindraan sampai tingkat
tertentu dan tidak dapat diragukan. Kedua, dari empirisisme Hume terlihat bahwa
empirisisme hanyalah sebuah tesis tentang ilmu empirisisme, yaitu dunia yang
berkaitan dengan pengalaman manusia. Ketiga, karena lebih menekankan pada
pengalaman manusia, empirisisme mengggunakan pengetahuan induktif.
Sebuah
Sintesis
Beberapa
Unsur Sintesis
Perlu diakui kedua aliran ttersebut terlalu besifat ekstrem.
Keduanya keliru karena terlalu ekstrem menganggap pengetahuan hanya bersumber
dari salah satu saja, atau akal budi dan pengalaman indrawi manusia. Jika kita
lebih jeli melihat kedua pandangan
tersebut, dan perlu kit akui bahwa kaum empirisisme tidak terlalu ekstrem
seperti halnya kaum rasionalis. Sintesis dari kedua paham yang berbeda ini seseungguhnya sampai pada
tingkat yang telah kita temukan pada Aristoteles. Aristoteless menolak
pandangan dari plato bahwa pengetahuan hanyalah ide-ide abadi.
Immanuel
Kant
Immanuel Kant adalah seorang filsuf yang paling berjasa
mendamaikan kedua aliran pemikiran ini. Salah satu kesuksesan Kant yaitu dapat
mendamaikan kedua aliran tersebut. Kant berpendapat bahwa pandangan ini berat
sebelah dan hanya setengah yang benar. Kant sependapat dengan Hume dan kaum
empirisis lainnya bahwa semua pengetahuan seseorang berawal dari indrawi
manusia. Dengan ini Kant mengatakan bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman
pancaindra, dalam diri manusiaa seseungguhnya sudah ada kategori-kategori
sebagaimana yang sudah dikatakan oleh Plato.
Dari pemikiran Kant kita dapat menarik kesimpulan . pertama,
manusia sesungguhnya sudah mempunyai bakat untuk mengetahui sesuatu. Bakat ini
sudah punya bentuk tersendiri sehingga segala sesuatu yang dikenalnya melalui
panca indra selalu diterima dan diolah menurut sudut pandang tertentu. Kedua,
berkaitan dengan itu, Kant tidak hanya mendamaikan empirisisme dan rasionalisme
melainkan juga mendamaikan metode induksi yang diandalkan kaum empirisisme dan
metode dedukatif yang diandalkan kaum rasionalisme.
Pengetahuan
Apriori dan Pengetahuan Aposteriori
Istilah apriori secara harfiah berarti “dari yang lebih dulu
atau sebelum”, sedangkan aposteriori berarti “dari apa yang sesudahnya” .
pengertian tersebut kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh filsuf-filsuf
modern seperti Leibniz dan Kant. Menurut Leibniz, mengetahui realitas secara
aposteriori berarti mengetahuinya berdasakann apa yang ditemukan secara aktual
di dunia ini. Jadi, mengetahui sesuatu secara apriori adalah dengan memahami
apa yang menjadi peyebabnya. Atas dasar ini seorang Immanuel Kant menganggap
pembedaan antara aposteriori dan apriori sebagai pembedaan antara apa yang
berasal dari pengalaman dan apa yang tidak berasal dari sebuaah pengalaman.
Pembedaan ini kemudia berkembang menjadi pembedaan antara pengetahuan empiris
dan pengetahuan yang bukan empiris.
Ada juga anggapan bahwa pembedaan antara aposteriori dan
apriori ini juga berlaku bagi pembedaan yang diberikan Kant antara putusan
sintetis dan putusan analitis. Ternyata anggapan bahwa pembedaan antar
proporsisi apriori dan proporsisi aposteriori yang berlaku pembedaan antara
putusan sintesis dan putusan analitis tidak sepenuhnya besar.
Ternyata anggapan bahwa pembedaan antara proposisi apriori
dan proposisi aposteriori berlaku bagi pembedaan antara putusan sintesis dan
putusan analitis tidak sepenuhnya benar. Seolah-olah mau dikatakan bahwa semua
proposisi analitis adalah proposisi yang apriori dan sebaliknya semua proposisi
sintesis adalah proposisi aposteriori.
Komentar
Posting Komentar