RESUME BUKU "Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofi (A. Sony Keraf & Mikhael Dua)" BAB 4 KEBENARAN ILMIAH
Macam-Macam
Teori Kebenaran
Dalam
sejarah filsafat, sekurang-kurangnya terdapat empat teori yang berupaya
menjawab pertanyaan-pertanyaan secara filosofis. Keempat teori tersebut yaitu,
(1) Teori Kebenaran sebagai Persesuaian (the
correspondence theory of truth); (2) Teori Kebenaran sebagai Keteguhan (the coherence theory of truth); (3)
Teori Pragmatis tentang Kebenaran (the
pragmatic theory of truth); (4) Teori Performatif tentang Kebenaran (the performative theory of truth).
a.
Teori
Kebenaran sebagai Persesuaian
Teori ini
sampai tingkat tertentu yang sudah dimunculkan oleh Aristoteles, menurut dia,
mengatakan hal yang ada sebagai tidak ada, atau yang tidak ada sebagai ada,
adalah salah. Justru sebaliknya mengatakan hal yang ada sebagai ada, atau hal
yang tidak ada sebagai tidak ada, adalah benar. Dengan ini Aristoteles telah
meletakkan dasar bagi teori kebenaran sebagai persesuaian, bahwa dikatakan
kebenaran adalah persesuaian antara apa yang dikatakan dengan kenyataan. Jadi
pernyataan dianggap benara jika ada yang dikatakan dengan kenyataan memiliki
hubungan atau saling berkaitan.
Menurut
teori ini, kebenaran adalah soal kesesuaian antara apa yang diklaim sebagai
diketahui dengan kenyataannya yang sebenarnya. Benar atau salah merupakan
sesuai apa tidaknya antara apa yang dikatakan dengan kenyataan. Lebih
simpelnya, teori ini mengatakan kebenaran terletak pada kesesuaian antara
subjek dan objek, yaitu apa yang diketahui subjek dengan realitas sebagaimana
adanya. Sebagai contoh, "Bumi ini Bulat", merupakan sebuah pernyataan
yang benar karena pada kenyataannya pernyataa tersebut didukung atau sesuai
dengan kenyataan. Denngan kata lain teori ini mau mengatakan bahwa apa yang
diketahui oleh subjek sebagai benar harus sesuai atau harus cocok dengan objek,
yang terpenting terdapat kesesuaian antara pernyataan dengan reaalitas yang
terjadi. Berkaitan dengan itu, teori ini, suatu ide, konsep atau teori yang
benar dan harus mengungkap realitas yang sebenarnya. Oleh karena itu,, teori
ini mengungkapkan realitas adalah hal yang pokok bagi kegiatan ilmiah. Dalam
pengungkapan sebuah realitas, kebenaran akan muncul dan akan terbukti dengan
sendirinya ketika apa yang dikatakan sesuai dengan realitas yang ada.
Ada
beberapa hal yang perlu dicatat dalam teori ini. Pertama, teori ini sangat
ditekankan oleh aliran empirisme yang mengutamakan pengalaman dan pengamatan
ondrawi sebagai sumber utama pengetahuan manusia. Maka, teori ini sangat
menghargai pengamatan, percobaan atau pengujian empiris untuk mengungkap sebuah
kenyataan dan lebih mengutamakan cara kerja dan pengetahuan aposteriori. Kedua,
teori ini sangat menekankan bukti bagi kebenaran suatu pengetahuan. Tapi, bukti
ini bukan diberikan secara apriori oleh akal budi, karena bukti ini bukan
merupakan konstruksi dari akal budi. Kebenaran akan terbukti dengan sendirinya
kalau apa yang dinyatakan dala proposisi sesuai atau ditunjang dengan
kenyataaan yang sebagaimana adanya. Maka, yang disebut sebuah pembuktian atau
justifikasi adalah proses menyodorkan fakta yang mendukung suatu proposisi atau
sebuah hipotesis.
b. Teori
Kebenaran sebagai Keteguhan
Kalau teori
kebenaran sebagai persesuaian dianut oleh kaum empirisme, maka teori yang satu
ini dianut oleh kaum rasionalis seperti Leibniz, Spinoza, Descartes, Hegel dan
yang lainnya. Menurut teori ini kebenaran tidak ditemukan dalam kesesuaian
antara proposisi dengan kenyataan melainkan dalam relasi antara proposisi baru
dengan proposisi yang sudah ada. Maka, sebuah kebenaran dianggap benar kalau
sejalan dengan pengetahuan, teori, proposisi atau hipotesis lainnya. Bagi kaum
rasionalis, pengetahuan tidak mungkin bisa keluar dari pikiran atau akal budi
manusia untuk berhadapan langsung dengan sebuah realitas.
Menurut
para penganut teori ini mengatakan bahwa suatu pernyataan atau proposisi benar
atau salah mengatakan bahwa proposisi itu berkaitan dan meneguhkan proposisi
atau penytaan yang lainya. Dengan kata lain, pernyataan itu benar kalau
pernyataan itu cocok dengan sistem pemikiran yang ada dan kebenaran
sesungguhnya hanya berkaitan dengan implikasi logis dari sistem pemikiran yang
ada. Sebagai contoh, "Lilin akan mencair kalau dimasukkan ke dalam air
yang sedang mendidih". Bagi kaum empiris yang menganut kebenaran sebagai
persesuaian, untuk mengetahui kebenaran pernyataan ini perlu diadakan percobaan
untuk mengetahui dari hhhal tersebut. Bagi kaum rasionalis yang menganut teori
ini, kita cuku mengecek apakah pernyataan ini sejalan dengan pernyataan yang
lainnya.
Dari
beberapa penjelasan diatas, bisa dilihat jelas bahwa, pertama, teori kebenaran
sebagai keteguhan lebih menekankan kebenaran rasional-logis dan juga cara
kkerja deduktif. Dalam hal ini berarti, pengetahuan yang benar hanya
dideduksikan atau diturunkan sebagai konsekuensi logis dari
pernyataan-pernyataan lain yang sudah ada dan sudah dianggap benar. Kedua,
dengan demikian teori kebenaran sebagai keteguhan lebih menekankan kebenaran
dan pengetahuan apriori. Ini berarti pembuktian atau justifikasi sama artinya
dengan validasi: memperlihatkan apakah kesimpulan yang mengandung kebenaran
tadi memang diperoleh secara sahih dari proposisi lain yang telah diterima
dengan benar.
Salah satu
kesulitan dari teori ini bahwa karena kebenaran suatu pernyataan didasarkan
pada kaitan atau kesesuaiannya dengan pernyataan lain. Hal ini akan terus
berlangsung sehingga akan terjadi gerak mundur tanpa henti atau akan terjadi
gerak putar tanpa henti. Karena itu, kendati tidak bisa diubah bahwa teori
kebenaran sebagai keteguhan ini penting, dalam kenyataan perlu degabungkan
dengan teori kebenaran sebagai kesesuaian dengan realitas. Sebagai perbandingan
kita dapat membuat pembedaan antara kebenaran empiris dengan kebenaran logis
sebagai berikut :
Kebenaran
Empiris Kebenaran
Logis
Mementngkan
objek Mementingkan
subjek
Menghargai
cara kerja induktif dan aposteriori Menghargai
cara kerja deduktif dan apriori
Lebih
mengutamakan pengamatan indra Lebih
mengutamakan penlaran akal budi
Keduanya
tidak slaing tergantung satu sama lain , hanya saja yang dibutuhkan
sesungguhnya tidak hanya kebenaran empiris belaka, melainkan juga kebenaran
logis dan sebaliknya karena kedua macaam kebenaran ini berat sebelah.
Pentingnya kedua kebenaran ini sangat ditekankan oleh Immanuel Kant, bagi dia
baik akal bdui maupun panca indra mempunyai peran penting untuk melahirkan
pengetahuan manusia. Karena syarat mutlak bagi adanya pengetahuan adalah sebuah
kebenaran, Kant pun sangat menekan kan baik kebenaran logis yan diperoleh
melalui penalaran dengan akal budi maupun kebenaran empiris yang diperoleh
dengan bantuan pancaindra yang menyodorkan data-data tertentu.
c. Teori
Pragmatis tentang Kebenaran
Teori ini
dikembangkan dan dianut oleh oara filsuf pragmatis dari Amerika seperti Charles
S. Pierce dan William James. Bagi kaum pregmatis, kebenaran sama artinya dengan
kegunaan, jadi ide, konsep, pernyataan atau hipotesis yangg benar adalah ide
yang berguna. Ide yang benar adalah ide yang paling mampu memungkinkan
seseorang, berdasarkan ide itu, melakukan sesuatu secara paling berhasil dan
tepat guna. Dengan kata lain, berhasil dan berguna adalah kriteria utama untuk
menentukan apakah suatu ide benar atau tidak. Pierce mengatakan bahwa ide yang
jelas dan benar mau tidak mau mempunyai konsekuensi prktis pada tindakan
tertentu. Artinya, kalau ide itu benar, maka ketika diterapkan akan berguna dan
berhasil untuk memecahkan suatu persoalan dan menentukan perilaku manusia.
Wiliiam
James mengembangkan teori pragmatisnya tentang kebenaran dengan berangkat dari
pemikirannya tentang "berpikir". Menurutnya, fungsi dari berpikir
bukan untuk menangkap kenyataan tertentu, melainkan untuk membentuk ide
tertentu demi memuaskan kebutuhan atau kepentingan manusia. Oleh karena itu,
pernyataan penting James adalah kalau suatu ide dianggap benar, apa perbedaan
praktis yang akan timbul dari ide ini dibandingkan dengan ide yang tidak benar.
Dengan demikian bagi Wiliiam James, ide yang benar adalah ide yang dalam
penerapannya paling berguna dan paling berhasil memungkinkan manusia bertindak
atau melakukan sesuatu. Artinya, kalau ide tertentu benar, ide itu akan berguna
dan berhasil membantu manusia untuk bertindak secara tertentu. Kebenaran yang
terutama ditekankan oleg kaum pragmatis ini adalah kebenaran yang menyangkut
"pengetahuan bagaimana" (know-how).
Suatu ide yang benar adalah ide yang memungkinkan berhasil dalam memperbaiki
atau menciptakan sesuatu. Hanya saja, karena kebbenaran apriori hanya benar
kalau kebenaran itu berguna dalam penerapannya yang memungkinkan manusia
bertindak secara efektif.
Bagi John
Dewey, kalau kita mau memahami apa pengaruh, dan juga kebenaran suatu ide atas
pengalaman dan kehidupan kita, kita harus melihat bagaimana ide tersebut
berlaku dan berfungsi dlam penggunaannya, yaitu bagaimana ide tersebut membantu
kita memecahkan berbagai persoalan hidup kita. Bagi kaum pragmatis, yang
penting bukanlah benar tidaknya suatu ide secara abstrak, melainkan sejauh mana
kita dapat memecahkan persoalan-persoalan praktis yang muncul dalam kehidupan
kita dan di kehidupan masyarakat sehari-hari. Dewey dan kaum pragmatis lainnya
juga menekankan pentingnya ide yang benar bagi kegiatan ilmiah. Menurut Dewey,
penelitian ilmiah selalu diilhami o;eh suatu keraguan awa;, suatu
ketidakpastian, suatau kesangsian akan sesuatu. Berkaitan dengan itu, kebenara
pragmatis mencakup pula kebenaran empiris, hanya saja lebih radikal sifatnya
karena kebenaran pragmatis tidak hanya sesuai dengan kenyataan melainkan juga
pernyataannya yang benar.
Kebenaran
bagi kaum pragmatis juga berarti sifat yang baik, maksudnya suatu ide atau
teori tidak pernah benar kalau tidak baik untuk sesuatu. Oleh karena itu,
William James menolak memisahkan kebenaran nilai moral. Dengan kebenaran,
manusia diabntu untuk melakukan sesuatu secara berhasil. Maka, James menolak
kebenaran rasionalistis yang memberi definisi-definisi yang abstrak tanpa punya
relevansi bagi kehidupan praktis.
d. Teori
Kebenaran Performatif
Teori ini
terutama dianut oleh filsuf seperti Frank Ramsey, John Austin dan Peter
Strawson. Filsuf-filsuf ini menentang teori klasik "benar" dan
"salah" adalah ungkapan yang hanya menyatakan sesuat (deskriptif).
Proposisi yang benar berarti proposisi itu menyatakan sesuatu yang memang
dianggap benar. Menurut teori ini, sesuatu pernyataan dianggap benar kalau
pernyataan itu menciptakan sebuah realitas. Jadi, pernyataan yang benar
bukanlah pernyataan yang mengungkapkan realitas tapi justru dengan pernyataan
itu tercipta suatu realitas sebagaimana adanya. Namun disatu pihak teori ini
dipakai secara positif tetapi juga di pihak lain dapat pula dipakai secara
negatif. Secara positif, dengan pernyataan tertentu orang akan berusaha
mewujudkan apa yang dinyatakannya. Tapi, secara negatif orang dapat pula
terlena dengan pernyataan atau ungkapan yang seakan-akan pernyataan tersebut
sama dengan realitas begitu saja.
Sifat Dasar
Kebenaran Ilmiah
Seperti
yang duah dikatakan, bahwa yang dibutuhkan bukan hanya kebenaran logis melainkan
juga kebenaran empiris. Juga bukan hanya kebenaran empiris melainkan juga
kebenaran logis. Atas dasar ini, kita dapat mengatakan bahwa kebenaran ilmiah
selalu memiliki paling kurang tiga sifat dasar yaitu : struktur yang
rasionl-logis, isi empiris, dan dapat diterapkan (pragmatis).
Pertama,
yang dimaksudkan dengan struktur kebenaran ilmiah yang rasional-logis, adalah
bahwa kebenaran ilmiah selalu dicapai berdasarkan kesimpulan yang logis dan
rasional dari proposisi atau premis-premis tertentu. Proposisi-proposisi ini
dapat berupa sebuah teori atau hukum ilmiah yang sudah terbukti benar dan
diterima sebagai benara atau dapat pula mengungkapkan data atau fakta baru
tertentu. Dengan demikian, proposisi yang menjadi kesimpulan yang dianggap
benar dan dipakai sebagai asumsi teoritis. Kalu dicapai melalui proses induksi,
berartij yang dilakukan adalah suatu proses generalisasi yang mengungkapkan
hubungan tertentu diantara fakta yang telah ditemukan.
Karena
kebenaran ilmiah bersifat rasional, semua orang yang rasional yang bisa
menggunakan akal budinya secara baik dan bisa memahami kebenaran ilmiah ini.
Atas dasar ini, kebenaran ilmiah dianggap sebagai kebenaran yang berlaku
universal. Artinya, proposisi, kesimpulan atau teori yang diterima sebagai benar
bagi semua oarang yang dapat menggunakan akan budinya secara baik. Sifat
empiris dari sebuah kebenaran ilmiah mau mengatakan bahwa bagaimana pun juga
kebenaran ilmiah perlu diuji dengan kenyataan yang ada. Bahkan sebagian besar
pengetahuan dan kebenaran ilmiah berkaitan dengan kenyataan. Sifat pragmatis
terutama mau menggabungkan kedua sifat kebenaran diatas. Dalam arti kalau
sebuah pernyataan dianggap benar secara logis dan empiris, pernyataan tersebut
juga harus berguna dalam kehidupan manusia, yaitu berguna untuk membantu
manusia memecahkan berbagai persoalan dalam hidup manusia.
Komentar
Posting Komentar