Langsung ke konten utama

RESUME BUKU "Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofi (A. Sony Keraf & Mikhael Dua)" BAB 6 METODE ABDUKSI & DEDUKSI

1.    Pengantar

Sempat dikatakan oleh J.B. Conant dalam bukunya yang berjudul Understanding Science bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai kata benda ataupun kata kerja. Sebagai kata benda, ilmu pengetahuan merupakan hasil yang melibatkan ilmuwan dalam mencapai sebuah kebenara. Sedangkan sebagai kata kerja, ilmu pengetahuan merupakan metode, cara atau sebuah kegiatan yang dipraktekkan. Dengan memberikan perhatian pada ilmu pengetahuan sebagai kata kerja, kita sebenarnya tidak pertama-tama melihat ilmu pengatahuan sebagai sebuah sistem yang rasional, melainkan sebagai proses yang terdiri dari dua momen penting, yaitu momen kesadaran dan perumusan masalah di satu pihak dan momen perumusan solusi satau jawaban teoritis atas permasalahan  itu di pihak lain.

Tiga unsur dari kegiatan ilmiah yaitu : (1) Perumusan masalah, (2) Metode ilmiah yang pragmatis sebagai proses, (3) Jawaban sebagai hasil. Metode ilmu pengetahuan berangkat dari sebuah keraguan atau pertanyaan atas permasalahan yang kemudian nantinya akan dicari solusinya dengan melalui sebuah metode ilmiah yang pragmatis. Hasrat keingintahuan diungkapkan secara eksplisit dengan cara ini. Rene Descartes juga membicarakan metode keraguan, yang dimaksud keraguan disini adalah keraguan yang genuin, merupakan jenis keraguan yang membuka suatu penelitian yang ilmiah. Keraguan yang dimunculkan pada dasarnya harus real dan hidup, disebut hidup karena keraguannya berawal dari rasa heran terhadap suatu peristiwa yang menarik perhatian untuk diteliti dan dijelaskan. Setiap pertanyaan atau keraguan membutuhkan penjelasan yang dapat dipercaya atau diandalkan. Pertanyaan selalu merupakan pertanyaan yang real yang menggugah para ilmuwan untuk mencari solusi atau jawabannya dan seorang ilmuwan akan puasa ketika solusi itu sudah dicapai. 

2.    Metode Ilmu Pengatahuan dan Metode Berpikir Lainnya

Dilihat dari cara untuk mencapai  kebenaran, sebuah metode ilmiah berbeda dengan metode-metode lainnya, seperti method of tenacity, method of authority, a priori method. Metode yang paling miskin diantara metode yang lain yaitu method of tenacity, karena metode ini mengajrkan agar seseorang bertahan dengan pendiriannya. Tiap orang dalam metode ini harus memegang teguh apa yang ia yakini. Secara praktis metode ini, menjanjikan ketenangan dan keamanan, jika seseorang dibiarkan hidup dan berpikir menurut keyakinannya sendiri maka ia akan puas dengan dirinya sendiri.

Metode yang lebih baik daripada metode yang sebelumnya adalah method of authority, karena kebenaran menurut metode ini berasal dari institusi yang memiliki wewenang untuk mengajarkan banyak orang untuk percaya pada apa yang patut dipercaya. Metode ini jelas tidak mengajak orang untuk berpikir sendiri dan melarang setiap penelitian pribadi. Asumsi dasar dari pendekatan ini adalah bahwa secara intelektual setiap orang adalah hamba institusi.

Metode yang ketiga adalah a priori method, menurut metode ini setiap orang dapat menerima pandangan apapun jika sesuai dengan pikirannya tanpa harus dibuktikan dengan fakta-fakta empiris yang dapat diamati. Metode ini jelas lebih baik dengan kedua metode sebelumnya, meskipun harus diakui metode ini gagal menjalaskan fakta-fakta empiris dengan tepat. Dengan metode ini setiap orang mulai mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya sendiri, namun jawabannya tidak mendasar.

3.    Metode Abduksi

Semua proses yang terdiri dari mencari dan merumuskan hipotesis terjadi dalam pemikiran ilmuwan. Proses yang terjadi dalam pikiran ilmuwan ini disebut dengan abduksi oleh C.S. Peirce.

a.      Pemikiran Peirce tentang abduksi

Mula-mula Peirce memandang abduksi sebagai bentuk penyimpulan yang terdiri dari tiga proposisi yaitu hukum (rule), proposisi kasus (case), dan kesimpulan (result). Dalam abduksi tiga proposisi tersebut dibentuk dalam suatu silogisme hipotesis yang terdiri dari mayor, minor dan  kesimpulan.

Jika A, maka B

Dan A:

Maka B

Namun setelah tahun 1893, Pierce semakin sadar bahwa abduksi lebih dari sekadar suatu bentuk logis. Abduksi merupakan tahap pertama dari penelitian ilmiah. Abduksi pertama-tama berfungsi untuk menawarkan suatu hipotesis yang bisa memberikan penjelasan terhadap fakta-fakta itu.

Dua ciri abduksi menurut Pierce yaitu, pertama, abduksi menawarkan suatu hipotesis yang memberikan eksplanasi yang probable, yang berarti hipotesis tersebut bersifat kemungkinan atau dugaan. Kedua, hipotesis itu dapat memberikan penjelasan terhadap fakta-fakta lain yang belum dijelaskan dan bahkan tidak dapat diobservasi secara langsung.

Imajinasi yang brilian dan bebas menjadi bagian penting dalam abduksi. Tetapi abduksi tidak menjalankan fungsi kritis. Abduksi hanya menghasilkan hipotesis sebagai penjelasan sementara, dengan memberikan suatu konjektur atau dugaan yang masuk akal sebagai salah satu cara untuk memahami fakta. Maka, hipotesis yang ditawarkan melalui abduksi merupkan suatu vague ideas yang masih harus dibuktikan melalui induksi dan dedukasi.



b.      Beberapa syarat dalam pemilihan hipotesis

Persoalan dasar dari abduksi adalah alasan logis mana sehingga hipotesis A lebih preferable, lebih oantas diuji dibandingkan dengan hipotesis B. Syarat yang paling penting dalam pemilihan hipotesis adalah bahwa hipotesis yang dipilih dapat diverifikasikan secara eksperimental. Namun pertimbangan ekonomi juga perlu diperhitungkan mengingat batas-batas financial dan waktu seorang ilmuwan. Secara negative dapat dikatakan bahwa lebih menguntungkan memilih hipotesis yang paling cepat dan mudah ditolak dibandingkan dengan sebuah hipotesis yang memakan banyak waktu dan tenaga untuk diverivikasikan tetapi belum jelas.

Peirce menambahkan syarat yaitu dampak positif dari hipotesis bagi ilmu dan nilai hipotesis itu sendiri. Semakin baik suatu hipotesis, semakin luas dan mendalam hipotesis tersebut. sedangkan mengenai nilai suatu hipotesis, hipotesis yang baik adalah hipotesis yang bisa diuji, dan sekaligus juga yang sangat membantu bagi perkembangan ilmu itu sendiri.

 

c.       Kesimpulan: nilai teoretis fase abduksi

Pertama, abduksi dikatakan dapat menghasilkan suatu proposisi yang mengandung konsep universal (generalitas). Abduksi merupakan suatu proses penyimpulan dari sutau kasus tertentu yang menempatkan suatu kasus tertentu dalam suatu kelas atau kelompok. Kedua, abduksi merupakan suatu proses yang tidak dapat dipatok dengan satu jenis penalaran formal saja. Seorang ilmuwan harus menggunakan instingnya untuk membuat suatu pilihan yang ekonomis dan berguna dalam menghadapi banyaknya penjelasan yang harus diuji. Ketiga, proses abduksi menegaskan bahwa ilmu pengetahuan selalu berusaha untuk menangkap orisinalitas realitas. Dan keempat adalah interpretatif. Dalam arti bahwa proposisi hipotesis yang berhasil dirumuskan dari cara pandang ilmuwan terhadap fakta atau pengalaman.

4.    Metode Deduksi

Deduksi adalah proses menarik prediksi-prediksi dari suatu hippotesis. Setelah memilih hipotesis, maka selanjutnya menyimpulkan prediksi-prediksi ekperiensial dari hipotesis tersebut, mencatat dan menyeleksi prediksi, kemudian mengamati apakah prediksi itu terjadi atau tidak.

Proses deduktif dalam penelitian ilmiah harus berhenti dengan prediksi dalam bentuk jika-maka. Ini berarti hasil dari pengujian tidak diketahui atau belum diketahui. Jad, fase deduktif ini berakhir dengan perumusan prediksi yang ditarik secara logisdari hipotesis eksplanatoris.

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tembang Macapat Sinom dan Artinya

Tembang macapat Sinom merupakan salah satu tembang macapat yang banyak berbicara tentang anak muda yang sedang mengalami pertumbuhan. Dalam tradisi jawa, tembang banyakk dimanfaatkan sebagi sebuah piwulang (ajaran) dan wewarah (mengajari), tak terkecuali tembang macapat sinom . Salah satu tembang macapat sinom yang paling populer adalah karya KGPAA Mangkunegoro ke IV (1811-1882 M) yang terdapat dalam Serat Wedatama, Pupuh Sinom, podo 15. Tembang ini sering dikenal dengan nama Sinom Gadhung Melati.

Nusantara Droid War : Komik Pengangkat Legenda dan Dongeng di Indonesia

Nusantara Droid War atau yang lebih dikenal dengan NDW, merupakan sebuah komik online yang berada di sebuah aplikasi LINE yaitu Webtoon. Komik ini hasil besutan dari Satria EXZ dan Vega Mandalika, tapi untuk sekarang masih dipegang oleh Vega Mandalika yang dibantu oleh teman-temannya. NDW ini memiliki genre komik fantasi yang menceritakan sebuah permainan modern yang sedang trend di Indonesia. Para player memiliki sebuah bidak atau jagoan yang didalam komik tersebut disebut droid. Para player pun mengadu droid-droidnya satu sama lain dengan menyajika kekuatan-kekuatan yang berbeda-beda pula. Tetapi menarik disini adalah droid-droid yang dimiliki player NDW merupakan berbagai hal yang berkaitan dengan unsur nusantara Indonesia, mulai dari kisah rakyat, legenda, tarian daerah, hingga kisah mistis yang ada di Indoensia. Semua itu dikemas dengan wujud ilustrasi yang modern tanpa meninggalkan ciri khas tokoh yang akan di jadikan droid. Sampai saat ini NDW sudah mencapai episode 125 de...

RESUME BUKU "Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofi (A. Sony Keraf & Mikhael Dua)" BAB 1 PENDAHULUAN

Apa Itu Filsafat ? Karena filsafat ilmu pengetahuan merupakan salah satu cabang filsafat, barangkali ada baiknya kita awali dengan mengajukan pertanyaan klasik berupa “Apa itu filsafat?”. Namun itu merupakan suatu pertanyaan yang sulit untuk dijawab, berbeda dengan pertanyaan “Apa itu sosiologi?”, “Apa itu politik?”, “Apa itu antropologi?” dan seterusnya. Beberapa pertanyaan tersebut agak mudah untuk menemukan jawabannya, namun untuk menemukan jawaban dari pertanyaan “Apa itu filsafat?” tidak mudah untuk menjawabnya. Sering kali orang-orang yang secara khusus belajar tentang filsafat mengatakan pertanyaan tersebut tidak mudah untuk menjawabnya secara singkat. Tetapi, sebenarnya jika kita mengajukan pertanyaan seperti itu sudah menandakan kita sedang berfilsafat. Dengan jawaban ini mau dikaitkan bahwa filsafat pertama-tama adalah sikap, sikap mempertanyakan, sikap bertanya, yaitu bertanya dan mempertanyakan segala sesuatu. Karena itu, ketika kita bertanya “Apa itu filsafat?” kita seda...