Langsung ke konten utama

RESUME BUKU "Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofi (A. Sony Keraf & Mikhael Dua)" BAB 7 METODE INDUKSI

Induksi adalah cara kerja ilmu pengetahuan yang bertolak dari sejumlah proposisi tunggal atau partikular tertentu untuk menarik kesimpulan umum tertentu. Dengan kata lain, atas dasar sejumlah fenomena, fakta maupun data tertentu yang dirumuskan dalam bentuk proposisi-proposisi tunggal ditarik kesimpulan yang dianggap benar. Cara kerja ini pada umumnya dimulai dengan penelitian untuk mengamati berbagai fenomena, kemudian dievaluasi untuk bisa melahirkan kesimpulan umum tertentu. Kesimpulan ini pada umumnya merupakan generalisasi dari fakta dan data yang memperlihatkan kesamaan, keterkaitan, dan regularitas di antara fakta yang ada. Cara kerja induksi ini dapat secara sah menarik kesimpulan umum tertentu yang dianggap benar dan berlaku umum. Kendati kita secara sah mendasarkan diri pada berbagai fakta yang ada untuk menarik kesimpulan yang benar, namun tidak menjamin bahwa kesimpulan itu bersifat mutlak, karena ciri dasar dari induksi adalah bahwa induksi selalu tidak lengkap.

1)      Induksi Gaya Bacon

Menurut Bacon, ilmu pengetahuan dan ilmuwan sampai dengan zamannya terlalu berupaya untuk mengontrol dan memanipulasi alam menurut kehendaknya. Alam didekati tidak sebagaimana adanya namun dengan kehendak manusia dan dipaksa untuk cocok dengan pengandaian dan cara pandang manusia, alam tidak diperlihatkan dirinya sebagaimana adanya tapi sealu ditangkap dengan sudut pandang manusia. Manusia terlalu berupaya memaksakan keteraturan pada alam, padahal keteraturan tersebut bisa saja tidak ada.

Perlu diingat kritik Bacon disini adalah kaum rasionalis, yang lebih mengandalkan akal budi dalam menemukan kebenaran dan dengan demikian mengesampingkan pengamatan duniawi. Akibatnya, mereka sudah memiliki kebenaran atau kesimpulan apriori tertentu dalam benaknya dan baru berusaha untuk memaksakan objek agar cocok dengan apa yang sudah mereka pikirkan. Teologi juga menjadi sasaran kritik Bacon, karena lebih bertolak dari proposisi yang tidak bisa diragukan lagi kebenarannya. Inti dari induksi gaya Bacon ini bahwa ilmu pengetahuan harus bermula dari dan dikendalikan oleh pengamatan yang tidak terpengaruh oleh pengandaian apa pun juga. Ilmuwan harus mendekati alam atau objek penelitiannya dengan menggunakan mata yang lugu dan tidak dicemari oleh anggapan apa pun juga.

Ada tiga pokok yang dikatakan oleh Bacon, (1) Ketika mengadakan penelitian ilmiah, ilmuwan harus bebas dari segala macam pengandaian, harus bebas dari segala macam spekulasi yang bisa mengakibatkan kita diperdaya dalam melakukan pengamatan. Hal ini bertujuan agar mencegah bias ilmiah, hal ini terjadi ketika ilmuwan hanya menggunakan data dan fakta sekadar untuk membenarkan pemikiran atau teori yang sudah dimilikinya. Akibatnya, ada kecenderungan hanya memperhatikan data yang relevan dengan kerangka pemikiran yang sudah ada dan tidak menghiraukan fakta dan data yang bertentangan dengan pemikiran yang ada. (2) Sebisa mungkin memperhatikan fakta dan data yang bertentangan satu sama lain, artinya jangan hanya memperhatikan fakta yang cocok satu sama lain, apalagi cocok dengan apa yang dipikirkan. (3) Setelah mengamati objek sebagaimana adanya, dan mengumpulkan fakta dan data tentang objek tersebut dievaluasi, diklasifikasi, dirumuskan dan disimpulkan sesuai kemampuan yang dimiliki oleh ilmuwan.

Ada dua manfaat dari induksi gaya Bacon ini, (1) Dengan metode ini ilmuwan benar-benar melihat kenyataan secara objektif , dan bukan kenyataan yang sebagaimana dilihat dari kacamata ilmuwan. (2) Kegiatan ilmiah tidak akan jatuh menjadi sebuah ideologi, akan berupaya membongkar segala rumusan baku untuk bisa sampai pada kebenaran sejati, bukan membenarkan ide atau konsep yang sudah ada.

2)      Keberatan dan Kelemahan Induksi Gaya Bacon

Terdapat dua keberatan atas induksi gaya Bacon ini dan cara kerja gaya induksi pada umumnya. Pertama, betapa pun menariknya metode yang diajukan oleh Bacon, dalam kenyataannya kita tidak pernah mendekati, meneliti dan membaca alam dengan mata telanjang. Karena kita mengamati objek tertentu, sesungguhnya kita telah memiliki asumsi tersendiri atas objek yang diamati. Dengan asumsi tertentu kita dapat menarik kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kedua,  bahwa fakta, data dan fenomena tidak pernah menampilkan dirinya kepada kita sebagai fakta, data ataupun fenomena yang telanjang begitu saja. Padahal dalam menafsirkan fakta dan data yang ada justru sangat dibutuhkan spekulasi dan imajinasi aktif dari seorang ilmuwan.

Yang terjadi dalam kegiatan ilmiah, dalam mengamati secara sistematis fenomena yang ada, fenomena tersebut selalu diamati dan ditangkap dalam konteks konsep atau pemikiran tertentu. Bahkan tidak jarang pula fenomena itu ditangkap dalam kerangka dugaan atau hipotesis tertentu. Konsep atau hipotesis ini memungkin kan ilmuwan menangkap fakta dan data tertentu sebagai punya makna dan memungkinkan ilmuwan memahami fakta dan data tersebut.

3)      Langkah-langkah Metode Induksi

a)      langkah-langkah metode induksi murni

o   Identifikasi masalah

o   Pengamatan dan pengumpulan data

o   Merumuskan hipotesis

o   Tahap pengujian hipotesis

b)      langkah metode induksi yang telah dimodifikasi

o   Situasi masalah

o   Pengajuan hipotesis

o   Penelitian lapangan

o   Pengujian hipotesis

4)      Situasi Masalah

Situasi masalah adalah situai dimana pengetahuan yang ada tidak mampu memberi penjelasan tentang kenyataan yang dihadapi. Hal yang sangat menentukan keberhasilan penelitian adalah ketepatan dan kejelasan perumusan masalah, untuk itu perumusan masalah harus dilakukan secara tepat.

Selain perumusan masalah, tujuan penelitian suatu masalah ditentukan oleh tujuan penelitian. Ada macam-macam tujuan penelitian, (1) untuk kepentingan ilmiah murni; (2) sekadar untuk memuaskan rasa ingin tahu akan hal-hal pelik tertentu tanpa maksud untuk melahirkan teori tertentu; (3) untuk menyumbangkan pemikiran bagi kebutuhan sosial akan teori tertentu dalam menjawab permasalahan sosial tertentu, atau yang berkaitan dengan kehidupan manusia; (4) untuk memperoleh teori atau masukan ilmiah yang data digunakan untuk kepentingan tertentu, misalnya bagi kebijakan pemerintah, bisnis, atau kepentingan kelompok sosial tertentu.

a.      Beberapa ciri masalah yang baik

Pertama, masalah harus mempunyai nilai untuk diteliti. Maksudnya, a) masalah tersebut mempunyai arti penting untuk diteliti baik bagi kepentingan ilmiah maupun bagi kehidupan manusia. b) Masalah terebut harus bisa diteliti atau dikaji dengan berbagai perangkat penelitian yang ada. c) Masalah tersebut perlu dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yang menarik dan menantang untuk diteliti. Kedua, masalah yang diteliti harus feasible, dalam pengertian mempunyai kemungkinan untuk dipecahkan atau layak untuk diteliti. Ketiga, masalah tersebut harus sesuai dengan kualifikasi peneliti.

b.      Sumber-sumber masalah

Sumber masalah dapat berasal dari pengamatan atas berbagai gejala sosial dan alam di sekitar kita. Masalah juga bisa muncul dari bacaan ilmiah yang kita geluti, atau kombinasi antara bacaan dan pengamatan atas berbagai fenomena di sekitar kita.

5)      Perumusan dan Pengujian Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan yang berisikan dugaan sementara mengenai sebab dari suatu masalah tertentu (fakta, peristiwa) yang dianggap benar untuk dibuktikan kebenarannya lebih lanjut. Dala metode induksi  murni, setelah suatu masalah dirumuskan, langkah berikutnya adalah merumuskan hipotesis.

Hipotesis memiliki beberapa kegunaan. Pertama, untuk member batasan serta kerangka penelitian. Kedua, untuk mengarahkan perhatian peneliti pada gejala, fakta, dan data, dan hubungan di antara berbagai gejala, fakta, dan data yang ada, yang bermanfaat bagi penelitian. Ketiga, hipotesis berfungsi sebagai  tool of analysis, yang berarti bahwa hipotesis adalah alat sederhana untuk mengaitkan fakta dan data yang tercerai-berai tanpa koordinasi ke dalam satu kesatuan yang menyeluruh, yang memperlihatkan keterkaitan di antara fakta. Dan data tersebut.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tembang Macapat Sinom dan Artinya

Tembang macapat Sinom merupakan salah satu tembang macapat yang banyak berbicara tentang anak muda yang sedang mengalami pertumbuhan. Dalam tradisi jawa, tembang banyakk dimanfaatkan sebagi sebuah piwulang (ajaran) dan wewarah (mengajari), tak terkecuali tembang macapat sinom . Salah satu tembang macapat sinom yang paling populer adalah karya KGPAA Mangkunegoro ke IV (1811-1882 M) yang terdapat dalam Serat Wedatama, Pupuh Sinom, podo 15. Tembang ini sering dikenal dengan nama Sinom Gadhung Melati.

Nusantara Droid War : Komik Pengangkat Legenda dan Dongeng di Indonesia

Nusantara Droid War atau yang lebih dikenal dengan NDW, merupakan sebuah komik online yang berada di sebuah aplikasi LINE yaitu Webtoon. Komik ini hasil besutan dari Satria EXZ dan Vega Mandalika, tapi untuk sekarang masih dipegang oleh Vega Mandalika yang dibantu oleh teman-temannya. NDW ini memiliki genre komik fantasi yang menceritakan sebuah permainan modern yang sedang trend di Indonesia. Para player memiliki sebuah bidak atau jagoan yang didalam komik tersebut disebut droid. Para player pun mengadu droid-droidnya satu sama lain dengan menyajika kekuatan-kekuatan yang berbeda-beda pula. Tetapi menarik disini adalah droid-droid yang dimiliki player NDW merupakan berbagai hal yang berkaitan dengan unsur nusantara Indonesia, mulai dari kisah rakyat, legenda, tarian daerah, hingga kisah mistis yang ada di Indoensia. Semua itu dikemas dengan wujud ilustrasi yang modern tanpa meninggalkan ciri khas tokoh yang akan di jadikan droid. Sampai saat ini NDW sudah mencapai episode 125 de...

RESUME BUKU "Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofi (A. Sony Keraf & Mikhael Dua)" BAB 1 PENDAHULUAN

Apa Itu Filsafat ? Karena filsafat ilmu pengetahuan merupakan salah satu cabang filsafat, barangkali ada baiknya kita awali dengan mengajukan pertanyaan klasik berupa “Apa itu filsafat?”. Namun itu merupakan suatu pertanyaan yang sulit untuk dijawab, berbeda dengan pertanyaan “Apa itu sosiologi?”, “Apa itu politik?”, “Apa itu antropologi?” dan seterusnya. Beberapa pertanyaan tersebut agak mudah untuk menemukan jawabannya, namun untuk menemukan jawaban dari pertanyaan “Apa itu filsafat?” tidak mudah untuk menjawabnya. Sering kali orang-orang yang secara khusus belajar tentang filsafat mengatakan pertanyaan tersebut tidak mudah untuk menjawabnya secara singkat. Tetapi, sebenarnya jika kita mengajukan pertanyaan seperti itu sudah menandakan kita sedang berfilsafat. Dengan jawaban ini mau dikaitkan bahwa filsafat pertama-tama adalah sikap, sikap mempertanyakan, sikap bertanya, yaitu bertanya dan mempertanyakan segala sesuatu. Karena itu, ketika kita bertanya “Apa itu filsafat?” kita seda...